Lund & Malmo

Ternyata baru sekarang terasa capeknya setelah kombinasi dari kurang tidur dua malam berturut - turut. Hari ini saya bangun agak lebih siang dari biasanya dengan mata yang masih berat dan juga rasanya mageeeer banget buat bergegas. Padahal agenda hari ini adalah lanjut mengeksplore sisi Kopenhagen yang belum sempat dikunjungi kemarin. Biasanya kalo udah urusan jalan - jalan, saya paling semangat buat berangkat pagi supaya lebih banyak tempat yang bisa dikunjungi. Cuaca di luar pun tampak bersahabat dengan cahaya matahari yang memantul di kaca jendela ruang tengah flat Mas Marlo dan Mbak Lelly. Tapi nyatanya jam sepuluh saya masih aja menikmati semangkuk granola dengan susu untuk sarapan pagi ini sambil melanjutkan obrolan bersama ketiga tuan rumah yang juga sedang asik melahap sarapan mereka. Padahal semalam udah cukup lama kami mengobrol, tapi yang namanya teman dan udah lama enggak ketemu (baca: setahun) tuh kayanya selalu ada aja bahan pembicaraan ya!


Tapi saya sih enggak keberatan dengan percakapan tersebut. Justru bagi saya selalu menyenangkan rasanya mendengar cerita dari teman yang memiliki pengalaman tinggal di negara yang berbeda, apalagi di Skandinavia, negara yang terkenal dengan kualitas hidup lebih baik dari banyak negara lainnya, tak terkecuali Belanda. Pembicaraan pun mengalir dari berbagai benefit yang didapatkan dari pajak yang tinggi juga, hingga keheranan kami akan betapa naif-nya sistem di Swedia yang bisa - bisanya menaruh data konfidensial warganya di internet seperti nama lengkap setiap anggota keluarga beserta alamat rumahnya. Bahkan ada juga yang sampai terpampang foto depan rumahnya! Kayanya darisitu akhirnya kami sampai ke topik tentang digital influencer yang sedang dipelajari oleh Mas Marlo sebagai mahasiswa di bidang komunikasi. Dan pembicaraan terus berlanjut hingga dimana kami memutuskan untuk mengganti rencana kami hari ini, yaitu mengeksplore Lund dan Malmo ketimbang ke Kopenhagen. Hal ini diputuskan karena ke-mager-an kami yang akhirnya baru keluar rumah sekitar jam dua siang :)) Berhubung enggak begitu banyak yang bisa dieksplore di Lund dan Malmo, jadi waktu yang enggak banyak tersisa di hari itu lebih baik digunakan di kedua kota tersebut ketimbang di Kopenhagen.

Begitu sampai di Lund, tempat yang pertama kali kami datangi tentu aja Lund University, yang enggak lain adalah universitas dimana Mas Marlo kuliah saat ini. Berjalan mengelilingi komplek kampus maupun pusat kota-nya, mengingatkan saya dengan dua kota pelajar lainnya: Harvard dan Oxford. Bentuk jalannya, susunan toko - toko kecilnya, hingga beberapa gaya arsitektur bangunan disana; entah mengapa langsung mengingatkan saya dengan kedua universitas tersebut. Sayang, enggak begitu banyak tempat yang dikunjungi di Lund karena kami masih harus ke Malmo sebelum terlalu malam dan dingin. Padahal sekilas, meskipun kecil, Lund terlihat cantik dan menarik. Oh iya, sebelum kami lanjutkan perjalanan ke Malmo, kami sempat mampir ke Lunds Market Hall. Sebuah pasar modern yang isinya berbagai macam stall makanan dan kurang lebih mirip dengan Torvehallerne yang di Kopenhagen. Sambil berjalan mengelilingi tempat tersebut, tiba - tiba Mbak Lelly menunjuk ke sebuah toko roti yang menjual 'Saffranskringlor'. Jadi sebelumnya, ketika kami sempat ngobrolin soal makanan khas di Swedia, salah satu yang terlontar adalah saffron rolls ini. Tapi begitu menjelaskan rasanya, baik Mas Marlo maupun Mbak Lelly, enggak ada yang bisa mendeskripsikan rasanya yang unik. Makanya saya pun jadi penasaran untuk mencoba, apalagi roti ini hanya dibuat ketika Natal. Dan begitu mencobanya... saya pun setuju bahwa ada suatu flavour utama yang enggak bisa dideskripsikan. Yang jelas, saya suka apalagi dengan teksturnya yang lembut banget. Duh, bikin nagih!









Setelah itu perjalanan kami dilanjutkan ke Malmo, kota terbesar ketiga di Swedia setelah Stockholm dan Gothenburg. Disini tempat pertama yang dikunjungi adalah Form Design Center, sebuah tempat yang terdiri dari toko dan creative spaces yang menggelar temporary exhibition terkait Swedish designed products. Kayanya udah pasti saya enggak akan kesini kalo enggak bareng sama Mas Marlo dan Mbak Lelly, karena tempatnya dari luar sangat mudah sekali terlewati. Dan meskipun tempatnya kecil, cukup membuat saya senang begitu melihat berbagai desain minimalis ala Swedish. Kemudian dari situ, kami melanjutkan perjalanan ke pusat kota, lebih tepatnya ke tempat dimana ada christmas market. Tapi begitu sampai disana, saya harus menelan kekecewaan karena ternyata biasa banget christmas market-nya. Bagi yang udah pernah melihat langsung christmas market di Jerman dan Austria (terutama di Salzburg), rasanya jadi biasa aja gitu melihat christmas market di negara lain :)) *entah kenapa ini kok jadi terdengar sombong ya* *percayalah ku enggak bermaksud padahal loh*.

Anyway, dari berbagai hal yang bisa menjadi kenangan dari Malmo, enggak kusangka ternyata justru yang paling berkesan adalah tempat singgah terakhir kami sebelum kembali ke Helsingborg, yang enggak lain adalah... Rice & Soup! Sebuah Asian buffet restaurant yang hanya dengan membayar sekitar 9 Euro udah bisa makan sepuasnya. Duh, harganya bikin sakit hati kalo dibandingkan dengan rata - rata buffet di Rotterdam yang minimal mesti mengeluarkan sekitar 13 - 20 Euro. Yaa memang sih, menu makanan di Rice & Soup ini enggak sebanyak yang biasanya disajikan di Rotterdam. Tapi tetep aja buat mahasiswa kere kaya saya ini, makan volcano sushi sepuasnya dan diakhiri dessert ketan-susu-kelapa yang bikin nambah sampai dua kali itu sebenarnya udah lebih dari cukup ketimbang menu berlimpah yang pastinya enggak akan habis bahkan sampai ronde kelima. Tapi yaa sudahlah yaa, yang penting malam ini ku kembali dengan hati senang dan perut kenyang :))








2 Comments

Post a Comment